Monday, August 8, 2011

[FF] The Law of Ueki 2

Jadi ketagihan buat ficnya Ai sama Ueki. That couple quite cute! Satu, si rambut hijau itu emang bodoh. Tapi ia mengesankan. Sedangkan si rambut aqua itu, cerewet, tapi perhatian.

Bagaimana jika couple itu bersatu? Hihi

Ai melempar pandangannya pada jendela, menatap kebawah. Dari atas sini, sudah terlihat sekali siapa yang berlari paling lambat. Si rambut semak, Ueki. Ai menggembungkan pipinya. Dasar! Sudah tahu tidak punya bakat lari, masih memaksakan berlari. Ai menghela napas. Itu memang Ueki. Tidak pernah berubah. Padahal, sudah lewat 2 tahun setelah pertandingan di atas langit itu.

“Ai! Ayo kebawah!” ajak teman sekelasnya. Ai mengerjap,

“Eh, iya!”

***

“Mori...” Ueki menyentuh pundak Ai Mori yang sedang berjalan. Ai menghentikan langkahnya, menatap kebelakang,

“Apa?”

“Ini bukan jalan ke taman!”

“Lho? Memangnya kita mau kemana? Pulang, kan?”

“Membersihkan taman dulu, baru pulang. Ayo, Ai Mori!” Ueki menyeret Ai Mori. Ai tersentak. Agak kesal juga. Padahal, baru kemarin mereka membersihkan taman! Hari ini membersihkan lagi. Ueki memang begini. Ini memang Ueki. Diam, Ai tersenyum.

***

Langit sudah tampak kemerahan, matahari terbenam. Ueki dan Ai duduk di kursi taman sambil mengelap keringat mereka.

“Mori! Ini, untung saja aku bawa minum” Ueki menyodorkan botol minum kehadapan Ai. Ai langsung meraihnya, meneguknya sampai habis. Ueki hanya bengong.

“Ah... terima kasih ya! Eh, aku tidak menyisakan untukmu... Ueki! Maaf...”

“Oh? Tidak apa-apa kok, Mori.” Ueki tersenyum. “Lihat!” Ueki menunjuk pada langit. Ada 1 bintang bersinar di langit kemerahan itu. Ai tampak berbinar melihat bintang langka itu.

“Berani jamin, itu pasti Pak Koba” kata Ueki terkikik. Ai masih menatap bintang itu,

“Pak Koba? Tentu saja bukan! Itu pasti Inumaru, tahu”

“Tidak, tidak! Bukan! Itu adalah Anon! Hahaha!”

“Anon itu kan di neraka, Ueki!” ingin sekali menjitak Ueki. Tapi... melihat senyum Ueki itu... Ai mengurungkan niatnya. Ueki beralih menatap Ai,

“Kenapa Mori?”

“Uh, tidak...” Ai menurunkan tinjunya. Menunduk.

“Ano... Ueki...” suara Ai terdengar lagi.

“Mm?”

“Uh, kenapa... kau selalu mengajakku membersihkan taman? Yah, maksudku... bukan orang lain...” Ai agak gugup. Pertanyaan yang bodoh, gumam Ai. Ueki terdiam.

“Mm... memangnya tidak boleh?”

“Bukan! Yah, aku hanya heran...”

“Baiklah... alasan yang pertama... karena kau temanku. Kedua, karena kau... ya... temanku”

Itu bukan jawaban!! Pekik Ai dalam hati. Ai diam. Tidak membalasnya. Ueki juga diam. Menatap langit yang semakin gelap.

“Ueki, sudah malam ayo kit...”

“Ada alasan lagi,” Ueki menahan tangan Ai yang bangkit. Ai menatap Ueki, bingung.

“Alasannya... mungkin hanya kau yang mau menemaniku. Kau tahu, bakat disukai perempuanku hilang. Tapi anehnya, kau tetap disampingku. Jadi kupikir...”

“Sudahlah!” Ai tersenyum, “Aku mengerti. Ayo pulang!”

Tidak perlu ada yang dijelaskan. Ai juga tahu itu. Ia juga bingung, mengapa ia tidak membenci Ueki disaat yang lain membencinya? Ah, tidak perlu ada jawabannya. Dengan begini, Ai sudah cukup puas. Ai tersenyum lebar saat ia berjalan pulang, dengan tangannya yang digenggam erat oleh Ueki.

FIN!

Wuahahah Cuma 463 word!! (ditambah prakata diatas! Hehe). Jenisnya... kayaknya drabble. Hehe. Labil, udah jam 12. Kepikirannya begini. Cuma setengah jam buatnya kali ya .___. Hehe.

No comments:

Post a Comment