Tuesday, June 30, 2009

part 5

Part 5 – Malam Penerimaan.

Angenda hari ini adalah, pada malam hari, ada penerimaan siswa baru. Yah, hanya sekedar makan malam saja sih. Dan pasti, ada sambutan sambutan gak jelas dari si-pemilik-sekolah, dan juga kepala sekolah.

Debo membolak balikkan buku agenda yang ia terima dari kakak asuhnya, Septian. Cakka tampak mengantuk. Irsyad sibuk bertelepon ria dengan abangnya. Sedangkan Patton, ia berusaha membereskan pakaiannya.

“Mandi ah!” kata Cakka memecah keheningan. Debo tersenyum, sepertinya ia juga mau mandi.
“Ikut cak!” kata debo girang. Ia pun mengambil alat mandinya. Begitu pun Cakka. Lalu mereka berdua berlalu meninggalkan kamar menuju kamar mandi.

Huah, ternyata di kamar mandi penuh. Ini jam 4 sore. Sudah mendekati acara penerimaan. Pantas saja banyak yang mandi. Dengan Malas, Cakka dan Debo mengantri.

Gak hanya anak kelas 7 (anak baru) yang mau mandi. Kelas 8 dan 9 pun banyak yang mau mandi. Hah, kamar mandi yang super mewah ini mendadak jadi sumpek.

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

“Udah mandi Ik?” tanya Gita yang sedang menyisir rambut indahnya. Oik mengangguk. Lalu duduk diranjangnya.
“langsung pake seragam ya?” tanya Oik sambil melihat baju yang sekarang ia kenakan. Seragam hari selasa-rabu-kamis sekolah ICA.
“Iya ik! Sebel deh” rengek Gita, lalu mengeringkan rambutnya yang basah.
Tak lama itu, muncul Agni dan rahmi yang baru selesai mandi. Dan juga sudah mengenakan seragam ICA.
Agni ikutan menyisir rambutnya. Sedangkan Rahmi membetulkan jilbabnya. Cukup sulit memakai jilbab yang tidak langsung (yang hanya kain).

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Setelah terdengar adzan maghrib, dan bagi yang beragama Islam sholat, anak-anak baru, termasuk anak kelas 8 dan 9 berhambur ke Dining Room besar di dalam gedung sekolah.

Kakak-kakak asuh tampak kerepotan mengatur anak asuhnya. Semua sibuk menduduki meja sesuai kamar.

Di dining room, megah sekali. Terdapat lampu-lampu besar, lukisan lukisan, dan beberapa piagam peghargaan yang diterima ICA yang dibingkai. Masuk ke ruangan ini kesannya Anggun.

Musik klasik diputar. Hidangan mulai datang. Anak-anak mulai menempati kursi mereka. Acara pun di mulai.

Terlihat di depan, ada Mr. Adrian, pemilik sekolah ini. Ada juga kepala sekolah, Ms. Ira. Dan guru-guru yang lain.

“Waahh... keren ya sekolah ini! Gak salah deh gue masuk” kata Irsyad berbisik pada Cakka, Debo dan Patton. Mereka bertiga sangat setuju dengan Irsayd.

Tak lama setelah itu, Ms. Ira mulai berpidato tentang sekolah ini dan juga murid yang sudah diterma di sekolah ini. Anak-anak kelas 8 dan 9 sudah tampak bosan dengan pidato Ms. Ira yang selalu sama.

Lalu, setelah itu, Mr. Adrian mulai berpidato yang tentunya lebih membosankan lagi. Mana campur bahasanya, Indo-Inggris.

Cakka tampak menguap mendengar pidato-pidato geje. Diam-diam, ia merogoh sakunya, dan mengeluarkan iPod nya. Lalu menyetelnya. Debo tahu Cakka melakukan hal ‘yang seharusnya takm dilakukan’. Tapi, apa boleh buat. Debo juga merasa bosan. Gak hanya cakka yang melakukan hal serupa. Anak-anak pun banyak yang melakukannya. Malah, salah satu anak OSIS! Ck ck ck...

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Akhirnya, acara pdato-pidatoan udah selesai. Saat nya acara makan makan. Yang paling semangat adalah Patton. Ia menyantap hidangan dengan lahapnya.

Acara makan-makan ini juga disertai hiburan. Kebanyakan dari anak kelas 8 dan 9 yang mengenalkan berbagai eskul dan club. Semua tampak enjoy pada sesi ini. Tentu saja, sama sekali gak membosankan!

%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Acara ini berakhir jam 9 malam. Anak-anak pun digiring masuk ke asrama masing-masing dengan kakak asuhnya. Anak-anak dengan berdesakan keluar dari dining room.

Oik dan Agni tampak kesusahan melewati anak-anak yang berdesakan keluar. Akhirnya, Oik dan agni memutuskan mengalah dan menunggu di belakang.

Dan tanpa gak sengaja, ada cowok yang menabrak Oik.
“Sorry!” katanya, lalu meninggalkan Oik. Oik hanya diam. Hm, Oik sih gak meduliin cowok yang tadi gak sengaja nabrak oik itu.

Dari kejauhan, Oik dan Agni malihat Angel memanggil mereka. Untung sudah sedikit tak berdesakan. Dan akhirnya, mereka ke asrama tanpa berdesakan.

No comments:

Post a Comment